Secara geografis, Negara Indonesia merupakan Negara yang sangat luas wilayahnya dan beragam akan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia nya. Keragaman dan kekayaan yang dimiliki bangsa ini, tak cukup menjadikan penduduknya untuk berfikir dan bertindak bagaimana mengelola kekayaan yang ada sebagaimana mestinya. Intervensi pihak asing menjadi salah satu penghambat dalam roda pembangunan bangsa dan Negara Indonesia. Institusi pemerintahan sebagai lembaga Negara yang berwenang dalam pendayagunaan SDA dan SDM tidak cukup berani menghalai pihak asing yang secara tidak langsung telah mengobok-obok kekayaan yang ada menjadi tidak karuan.
Beberapa pulau di Nusantara merupakan tempat yang sarat akan kekayaan alamnya. Tidak akan ada istilah kelaparan, kekeringan, serta kesenjangan bila kita melihat wilayah Indonesia secara keseluruhan dari Sabang sampai Merauke. Politik bangsa busuk yang diterapkan oleh para politikus negeri ini, telah memberikan efek atau dampak buruk bagi kelangsungan kehidupan masyarakat Negara Indonesia. Praktek-praktek tindak criminal dalam pencaturan kehidupan politik bangsa, tak ubahnya seperti permainan anak TK, ada juga yang menyebutkan dengan istilah Play Group. Indonesia ini kaya akan segala-galanya. Kaya dengan para koruptor, kaya dengan para mafia hokum, kaya dengan para penjilat, dan kaya dengan kebohongan-kebohongan public lainnya.
Secara umum, sudah 6 presiden yang memimpin bangsa ini dengan gaya kepemimpinan berbeda antara satu dan lainnya. Soekarno terkenal akan ketegasannya dalam menjalankan roda pemerintahan. Berbagai pihak mengakui akan kecemerlangan dan kegemilangan gaya kepemimpinan presiden yang memiliki banyak istri ini. Soeharto yang terkenal dengan KKN nya pada zaman reformasi, merupakan dictator politik negeri yang telah melanggengkan kekuasaannya dengan mencetusan REPELITA atau Rencana Pembangunan Lima Tahun. Dengan politik ini, Soeharto secara tidak langsung menyatakan dirinya sebagai seorang presiden selamanya bagi bangsa Indonesia. Hal ini pernah dilakukan oleh Presiden Soekarno ketika mencetuskan gaya Demokrasi Terpimpin dengan pernyataan presiden seumur hidup.
BJ Habiebie yang menggantikan Soeharto secara “spontan” pada Mei 1998, merupakan salah satu tokoh nasional yang memiliki kemampuan intelegensia diatas rata-rata. Pencetus IPTN ini pun ketika menjadi presiden memiliki gaya kepemimpinan yang kurang tegas sebagaimana tegasnya Soekarno.
Gusdur atau KH. Abdurahman Wahid yang menggantikan Habiebie merupakan tokoh jenaka sekaligus kocak ketika menjadi presiden di negeri para pedebah ini. Kepolosannya dalam mengeluarkan semua pendapat mengenai Negara, telah menjadikannya sebagai salah satu tokoh nasional yang controversial. Gusdur juga pernah mengesahkan agama Konghutju sebagai salah satu agama resmi Negara Republik Indonesia. Keputusannya ini mendapat reaksi keras dari berbagai kalangan agamawan. Kepolosan lainnya adalah dengan mengeluarkan Dekrit Presiden. Secara konstitusional, menurut UU dekrit hanya dikeluarkan oleh seorang pemimpin Negara ketika keadaan darurat saja. Ketika Gusdur mengelurakan Dekrit Presiden, keadaan bangsa tidaklah bias dikatakan Darurat sebagaimana yang terjadi pada Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Selanjutnya, presiden wanita pertama di Indonesia yang menjadi ikon emansipasi wanita ini cukup alot ketika menjadi presiden, dia adalah Megawati Soekarno Puteri. Dari informasi yang ada, Ibu Mega (sapaan untuknya) tidak terlalu baik berhubungan dengan rekan kerjanya. SBY yang selanjutnya menjadi penggantinya sebagai seorang presiden, dalam sebuah dialog calon presiden menyatakan bahwa tidak pernah disapa oleh Ibu Mega. Hal ini cukup lucu karena mereka adalah satu konstitusi, satu lembaga, dan satu status sebagai pemerintah.
Menyorot pernyataan dari salah satu tokoh, beliau menyatakan bahwa ”kepemimpinan yang terlalu lama, akan condong kepada tindakan otoriter”. Hal ini telah dibuktikan oleh gaya kepemimpinan Soeharto ketika menjadi presiden ke-2 negara Indonesia.
Susilo Bambang Yudhoyono yang merupakan presiden saat ini di negeri para pebedah, merupakan calon dari sketsa gaya kepemimpinan Soeharto dulu. Tindak pidana korupsi, kolusi, dan nepotisme mulai dilakukan. Gelombang reaksi yang ujungnya berbentuk unjuk rasa pun mulai dilakukan oleh beberapa kalangan. Menilik peristiwa Mei 1998 sebagai akibat dari otoriternya gaya kepemimpinan Soeharto, telah menyebabkan kawan-kawan Mahasiswa dari berbagai wilayah bergerak secara sporadis ke Gedung DPR/MPR di Jakarta. Mereka beramai-ramai menduduki gedung parlemen DPR/MPR untuk segera menuntut dan menunjuk Presiden Soeharto untuk turun secara tidak hormat. Waktu itu presiden Soeharto sedang berada di luar negeri. Namun, melihat keadaan yang sangat kacau dan ia harus segera kembali ke negeri, maka ia memutuskan untuk segera terbang ke Indonesia. Suasana kacau itu menyisakan berjuta perasaan haru dan sedih, serta bahagia. Korban tewas dari kawan-kawan mahasiswa mengakibatkan suasan menjadi semakin kacau. Mereka berperang dengan anggota TNI-POLRI yang diselipi oleh senjata.
bersambung…[ ]
sumber : http://initialdastroboy.wordpress.com/2011/02/02/kekuasaan-dan-korupsi-sebuah-realita-bangsa-ini-bag-1/